Wednesday, November 30, 2011

Hayatilah Kisah Nabi-Nabi Allah....

NABI ADAM A.S.

Kemudian diciptakan Allah pula ADAM sebagai manusia yang pertama, untuk menghuni di bumi luas yang sudah terbentang, beranak dan berketurunan menjadi manusia banyak, berpuak-puak dan berbilang bangsa, berselerak ke seluruh pelosok bumi. Maksudnya manusia itu diciptakan Allah, ialah agar manusia itu menyembah dan sentiasa mentaati segala perintahNya serta juga menjadi pengatur bumi yang tidak teratur; bercucuk tanam, mendirikan rumah, memelihara ternakan, dan sebagainya. Allah memberitahu maksudNya kepada para Malaikat, "Aku ingin mencipta manusia untuk menguruskan muka bumi". Para Malaikat lalu menjawab, "Apakah manusia yang Engkau ciptakan itu untuk mengurus bumi, ya Tuhan kami? Tidakkah manusia itu nanti akan merosakkan bumi dan akan menumpahkan darah berbunuhan? Berbanding dengan kami yang sentiasa patuh dan memuliakan Engkau". Lalu Allah menjawab. "Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak mengetahui". Ya, Tuhanlah yang lebih tahu rahsia apa yang terkandung dari kejadian manusia ini. Tuhanlah yang lebih tahu kenapa kita manusia yang diciptakan Tuhan untuk mengatur bumi, sekalipun Tuhan tentu sudah tahu pula, bawah manusia di permukaan bumi ini akan berbuat kerosakan, akan bersilang sengketa, akan berbunuh bunuhan menumpahkan darah. Tetapi janganlah sampai kita lupakan, bahawa Tuhan juga tahu, bahawa tidak semuanya manusia itu perosak, tidak semua manusia suka bersengketa dan berbunuh bunuhan. Di antara manusia yang banyak itu, ada banyak pula yang baik, yang selalu berbuat kebajikan terhadap sesama manusia, selalu berusaha dan berjuang untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia. Setelah mendengar jawapan Allah yang pendek, tetapi mempunyai erti dan maksud yang amat dalam itu, semua Malaikat menjadi diam, tidak menjawab lagi. Hanya berkata dengan berbisik antara sesama mereka: "Memang benar! Tuhan
kita Maha Mengetahui segala sesuatu, dari perkara yang se kecil-kecilnya sampai kepada perkara yang sebesar besarnya. Ia mengetahui segala yang zahir dan yang batin, yang kelihatanmoleh mata dan yang tidak kelihatan. Tidak ada satu perkara dan kejadian yang bagaimana juga kecilnya yang terjadi di langit dan di bumi atau antara keduanya yang tak diketahui oleh Tuhan."
 

Apa saja yang Allah ciptakan, tentu ada guna dan faedahnya, tentu ada maksud dan tujuannya. Tidak satu benda pun yang diciptakan Allah akan sia-sia. Hanya kita sendiri yang tidak atau belum mengetahuinya. Allah meneruskan firmanNya terhadap para Malaikat itu:"Manusia itu, iaitu Adam, akan Aku ciptakan dari tanah. Apabila sudah terbentuk dan selesai, akan Aku hembuskan kepadanya rohKu, agar dia menjadi hidup, dapat bergerak, berperasaan, berpengertian dan berkesedaran. Bila Adam sudah menjadi hidup dengan pengertian dan kesedaran, hendaknya kamu sekalian sujud memberi hormat kepadanya." Malaikat adalah suatu makhluk Allah yang mempunyai kesedaran yang amat tinggi. Dengan kesedaran yang amat tinggi itu, mereka menjadi makhluk yang mulia, selalu bertasbih dan beribadat mensucikan, membesarkan dan memuji muji Allah, selalu taat menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah

kepada mereka. Mereka tak pernah derhaka atau melanggar
perintah Allah, tanpa makan dan minum, tanpa rehat atau tidur,
mereka selalu melaksanakan segala macam tugas yang di
bebankan Allah atas mereka masing masing sampai hari kiamat.
Bila mereka itu makhluk yang tinggi dan mulia, mengapa Allah
memerintahkan mereka untuk sujud atau menghormati Adam?
Apakah Adam atau manusia lebih tinggi dan lebih mulia daripada
Malaikat?
Pertama kita harus ingat, bahawa Allah memerintahkan Malaikat
sujud kepada Adam, bukanlah dalam erti menyembah,
melainkan dengan erti menghormati. Menghormati Adam tidak
dapat diertikan menghormati manusia anak cucu Adam. Jadi
penghormatan ini khusus terhadap peribadi Adam.
Mengapa peribadi Adam harus dihormati oleh para Malaikat? Hal
ini disebabkan oleh karena peribadi Adam mempunyai
keistimewaan yang banyak sekali dan luar biasa, yang tidak
dipunyai oleh manusia manusia lain atau makhluk yang mana
pun juga. Keistimewaan keistimewaan yang luar biasa itu adalah
sebagai berikut:
Adam adalah manusia pertama. Sebelum Adam, belum ada
manusia. Seluruh manusia selain Adam, semuanya adalah
keturunan Adam. Di antara manusia keturunan Adam itu, ada
yang menjadi Nabi dan Rasul, menjadi orang orang suci. Di
antaranya ada orang pandai dalam berbagai bidang, yang
menyebabkan kemajuan hebat bagi manusia dari abad ke abad.
Lihatlah kemajuan anak cucu Adam yang hidup di dalam abad
kedua puluh sekarang ini.
Sekalipun ada pula di antara anak cucu Adam sendiri yang
menjadi perosak dan penjahat. Sebab itu, memang sudah
sepatutnya kalau para Malaikat memberikan penghormatan atau
sujud kepada Adam sebagai manusia pertama dan mempunyai
turunan yang hebat itu.
Adam diciptakan Allah dengan tangaNya sendiri. Sedangkan
makhluk lain, seluruhnya diciptakan Allah dengan perkataanNya:
"Bila Allah menghendaki sesuatu, Ia hanya berfirman: Jadilah!
Maka jadilah apa yang dikehendaki Allah itu." Hanya Adam, yang
Allah ciptakan dengan kedua tanganNya. Demikianlah menurut
al-Quran. Sedang menurut Hadis, selain Adam, juga 'Arasy dan
Syurga yang diciptakan Allah dengan tanganNya. Maka sudah
sepatutnya kalau para Malaikat diperintahkan Allah untuk
menghormati Adam. Karena ia diciptakan Allah dengan
tanganNya, Adam sungguh suatu makhluk yang terhormat tiada
taranya di alam ini.
Selain manusia pertama yang diciptakan Allah dengan
tanganNya, Adam adalah pula seorang Nabi, seorang yang
mendapat wahyu dari Allah. Menurut sebahagian Ulama, para
Nabi dan Rasul memang sama darjat kemuliaannya dengan para
Malaikat. Bahkan ada di antara Ulama yang berpendapat bahawa
Nabi dan Rasul itu darjat kemuliaannya melebihi para Malaikat,
sebab Jibrail sebagai Malaikat tertinggi, ditugaskan pula menjadi
perantara antara Allah dengan para Nabi dan Rasul itu.
Seperti halnya dengan para Malaikat, maka Adam pun
mempunyai kesedaran dan pengertian (akal), sehingga Adam
dan keturunannya dapat menyedari dan mengerti akan
kebesaran Allah yang menciptakan dirinya dan seluruh alam,
dapat menyedari dan mengerti akan perintah perintah dan
larangan Allah.
Adam dan manusia diciptakan Allah dalam sebaik baiknya
kejadian, karena dia terdiri dari jasmani dan rohani (roh, akal,
hati dan nafsu), sehingga ia menjadi suatu makhluk yang
beradab dan berkebudayaan, terus maju tidak beku.
Adam dan keturunannya diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah
(penguasa atau pengatur) di bumi, sebagaimana Allah
menciptakan Malaikat sebagai Khalifah di langit.
Karena menyedari akan kedudukan dan kemuliaan Adam, para
Malaikat dapat mengerti akan perintah Allah untuk menghormati
Adam. Mereka lalu menjawab: "Baiklah, ya Tuhan kami. Kami
dengar dan kami taati segala perintahMu."
Allah lalu menciptakan Adam dari tanah dengan tanganNya
sendiri. Berbentuk seperti bentuk kita manusia sekarang ini.
Iaitu berkepala, berbadan, bertangan dan berkaki. Lalu Allah
hembuskan roh kepadanya, sehingga Adam menjadi hidup.
Adam menggerakkan kedua tangan dan kakinya, lalu ia bersin
(batuk), sehingga bergerak sekujur badannya, terbuka kedua
matanya, bergerak jantung dan paru parunya. Sekaligus ketika
Adam membuka kedua matanya, melihat seluruh alam di
sekitarnya, timbullah pengertian dan kesedaran, dan dengan
pengertian dan kesedaran itu, dia mengucap: Alhamdulillahi
Rabbil Alamin (Segala pujian bagi Allah yang mengatur seluruh
alam). Para Malaikat kagum sekagum kagumnya melihat dan
mendengar ucapan pertama yang keluar dari mulut Adam. Satu
ucapan yang berisi pengertian dan kesedaran tertinggi.
Pengertian dan kesedaran bahawa alam ini seluruhnya diciptakan
dan diatur oleh Allah, sebab itu Allah selamanya harus selalu
disanjung dan dipuji.
Para Malaikat serentak menjawab ucapan Adam:
"Yarhamukallahu, ya Adam." Ertinya: Allah selalu menumpahkan
rahmatNya kepada engkau, ya Adam, dan selamatlah.
Para Malaikat lalu beratur mengelilingi Adam, lalu sujud dan
menghormati kepada Adam, sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah kepada mereka. Hanya Iblis yang tak mahu sujud dan
tidak mahu menghormati Adam. Dia tetap berdiri dan
membangkang dengan sombongnya, tidak mahu menjalankan
apa yang diperintahkan Allah.
Allah lalu berkata kepada Iblis itu: "Bukankah engkau juga
makhluk ciptaanKu, yang juga harus tunduk dan menjalankan
perintahKu? Tetapi kenapa engkau tidak sujud dan tidak
memberi hormat terhadap Adam sebagaimana Aku
perintahkan?"
Iblis menjawab: "Engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari
tanah. Api lebih mulia dari tanah. Itu bererti yang aku lebih
mulia dari Adam. Maka tidak sepatutnyalah aku sujud dan
hormat terhadap Adam itu."
Mendengar bantahan Iblis itu, Tuhan menjadi marah, lalu
berkata kepada Iblis: "Tempat ini (Syurga) bukan tempat orang
yang menyanggah terhadap Aku. Sekarang juga, engkau harus
keluar dari sini."
Sesudah keluar dan terusir dari Syurga, Iblis kembali
menyanggah dan berkata kepada Allah: "Ya, Tuhan! Engkau usir
aku dari Syurga ini karena Adam. Aku bersumpah, bahawa aku
dengan semuaanak keturunanku akan memusuhi Adam dan
semua anak dan keturunannya buat selama lamanya. Mereka
akan aku sesatkan. Mereka akan aku celakakan. Aku akan ajak
dan anjurkan kepada mereka untuk berbuat keburukan dan
kerosakan di dalam dunia ini nanti, agar kehidupan mereka
selamanya susah dan kacau bilau belaka."Mendengar ancaman Iblis itu, Allah lalu berkata: "Untuk
menghindarkan tipu daya mu itu, kepada manusia akan Aku beri
suatu senjata yang ampuh, ialah akal. Akal itu akan Aku bimbing
dengan petunjuk petunjuk (agama), Manusia yang tetap
mempergunakan akal dan menurut petunjuk petunjukKu tidak
akan dapat engkau sesatkan dan perdayakan. Dengan akal itu,
mereka akan dapat membezakan yang baik dan yang buruk.
Dengan tuntunan petunjukKu, akal mereka akan mempunyai
daya berfikir yang benar. Sesiapa yang tak menggunakan akal
dan tidak menurut petunjukKu, tentu dapat engkau goda dan
sesatkan. Ini akan dipertanggung jawabkan di hadapanKu nanti
dihari kemudian (Akhirat). Mendengar keterangan Allah itu, Iblis
terdiam. Tetapi hatinya makin mendongkol, irihati dan dengkinya
terhadap manusia bertambah memuncak.
Dia berpaling kepada Adam. Mata dan seluruh perhatiannya
sekarang ini ditujukannya kepada Adam. Dia ingin tahu di mana
letak kelemahan kelemahan jasmani dan rohani manusia. Adam
dipelajarinya dari segala segi. Akhirnya Iblis berkesimpulan
bahawa manusia itu selain mempunyai kekuatan berfikir, iaitu
akal yang amat hebat itu, juga mempunyai banyak kelemahan
kelemahannya. Di samping akal itu, manusia mempunyai nafsu.
Dan nafsu itu banyak sekali macam ragamnya. Ada nafsu
terhadap makanan dan minuman, ada nafsu kelamin atau
syahwat, ada nafsu terhadap harta benda dan kekayaan,
terhadap rumah tempat tinggal dan kenderaan dan ada pula
nafsu terhadap pangkat dan kedudukan yang tinggi di tengah
tengah sesama manusia. Di tiap tiap macam nafsu, tabiat dan
karakter, terdapat banyak sekali pintu pintu atau lubang lubang
kelemahan dan setiap waktu dapat dimasuki oleh Iblis untuk
memperdayakan dan mengacaukan kehidupan manusia.
Setelah melihat semua kelemahan itu, Iblis ketawa kecut. Dia
ketawa dan gembira, karena berhasil melihat kelemahan
manusia. Tetapi hatinya menjadi kecut dan takut, bahawa
manusia di samping mempunyai kekuatan yang hebat, iaitu akal,
juga dengan akal itu dapat menerima petunjuk petunjuk Tuhan.
Petunjuk Allah itu adalah merupakan satu benteng berlapis waja
yang tidak mungkin dapat ditembus oleh Setan dan Iblis.
Iblis dari semula mengakui akan kelemahan dirinya menghadapi
manusia yang sedar dan iman yang berbentengkan petunjuk
Allah dalam hidupnya. Bahkan kalau kita manusia mengerti dan
sedar pula akan kelemahan Iblis dan kekuatan rahsia dari
keimanan yang penuh terhadap Allah dan petunjuk petunjuk
Allah, manusia akan selamat dalam kehidupan dunia dan
akhiratnya dan akan terhindar dari tipu muslihat Iblis atau
kesesatan dalam hidup.
Iblis adalah satu kekuatan ghaib yang dapat disamakan dengan
gelap. Sedang keimanan terhadap Allah dan petunjuk petunjuk
Ilahi adalah pula satu kekuatan ghaib yang dapat disamakan
dengan terang atau cahaya. Bila suatu tempat tidak dimasuki
oleh cahaya, pasti tempat itu diisi oleh gelap. Bila tempat yang
gelap itu dimasuki cahaya, pasti gelapnya lenyap. Begitu pulalah
manusia sebagai tempat. Bila dia kosong dari keimanan dan
petunjuk Ilahi, akan bermaharajalelalah Setan dan Iblis atas
dirinya. Tetapi bila manusia mempunyai keimanan di dada dan
selalu disiram dengan petunjuk petunjuk Ilahi, segala daya Iblis
tak mampu memperdayakan.
Kepada Adam diajarkan Tuhan pengetahuan pokok untuk dapat
hidup di permukaan bumi. Allah mengajarkan kepada Adam
nama dari tiap sesuatu.
Untuk sekadar membuktikan kepada para Malaikat, bahawa
manusia layak menjadi Khalifah dibumi, dan patut mendapatpenghormatan dari Malaikat, Allah lalu memanggil Adam dan
Malaikat supaya berkumpul.
Kepada Malaikat Allah lalu berfirman: "Cuba kamu sebutkan
nama dari tiap tiap sesuatu yang terdapat di permukaan bumi
itu, sekiranya kamu mengetahuinya."
Dengan merendahkan diri serendah rendahnya, Malaikat
menjawab: "Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami! Kami tidak
mengetahui nama nama dari semua itu. Pengetahuan kami
hanya sekadar apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Hanya
Engkau saja, ya Allah, yang mengetahui segala galanya."
Allah lalu berkata kepada Adam: "Hai, Adam! Sekarang cuba
engkau sebutkan nama dari benda benda itu semuanya!"
Dengan segera Adam menyebutkan nama dari tiap tiap benda
yang dihadapkan Allah kepadanya, di hadapan kesemua
Malaikat.
Kemudian itu Allah lalu berfirman kepada Malaikat: "Bukankah
Aku sudah katakan kepada kamu sekalian, bahawa Aku
mengetahui apa yang kamu tidak mengetahui, tentang rahsia
rahsia langit dan bumi, Aku mengetahui apa yang kamu
nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan."
Buat Adam diberi Allah tempat di dalam Syurga. Makanan dan
minuman tersedia serba cukup. Begitu juga apa saja yang ia
inginkan. Tetapi sayang, Adam tinggal di Syurga itu seorang diri,
sebatang kara. Tempat yang sebagaimana bagusnya, makanan
dan minuman yang bagaimana juga lazatnya tidaklah
memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang sempurna.
Manusia memerlukan teman, sekalipun hanya seorang, dengan
siapa dia dapat mengemukakan suka dan dukanya, atau kasih
dan sayangnya. Teman inilah yang tak dipunyai oleh Adam,
sekalipun dia sudah mempunyai Syurga dengan segala
kesenangannya. Sebab itu hidupnya selalu dalam kesepian.
Allah tahu akan penderitaan yang berupa kesepian yang di derita
oleh Adam di dalam Syurga itu. Dan Allah kasihan melihatnya.
Oleh karena itu Allah akan menciptakan makhluk baru yang
sama dengan Adam, tetapi jenis wanita, untuk menyempurnakan
segala kekurangan dan kesepian dalam hidup Adam, untuk
menjadi isterinya. Dengan tujuan yang lebih tinggi, ialah untuk
meramaikan permukaan bumi, untuk membuat sejarah
kebudayaan yang lebih menarik.
Sejurus kemudian, Adam mengantuk, lalu tertidur. Di kala dia
tertidur itulah, Allah s.w.t. menciptakan manusia kedua, jenis
wanita, isteri Adam yang bernama Hawa. Setelah Adam
terbangun dan membuka kedua matanya, dia melihat seseorang
berdiri di samping, orang yang belum pernah dilihat Adam
sebelumnya. Orang itu dipersilakan Adam duduk di sampingnya,
dan kepadanya Adam lalu bertanya: "Siapakah engkau, dan
siapa namamu?" Hawa menjawab: "Saya adalah wanita, dan aku
belum tahu akan namaku sendiri." Bukan main senang dan
gembiranya Adam melihat wanita itu berkata dan menggerak
gerakkan badannya.
"Engkau aku beri nama Hawa ertinya: Orang yang aku
rindukan," kata Adam kepadanya.
Para Malaikat datang dan bertanya kepada Adam: "Siapakah
nama temanmu itu, ya Adam?"
"Namanya Hawa," sahut Adam.
Dengan isterinya yang bernama Hawa ini hilanglah kesepiandalam hidup Adam. Keduanya hidup berbahagia di dalam
Syurga, aman dan tenteram, tak kenal takut dan lelah, makanminum
sepuas puasnya, kerana segala galanya tersedia serba
cukup.
Allah lalu berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Tinggallah
engkau dengan isterimu di dalam Syurga ini. Makan dan
minumlah sepuas puasnya. Tetapi awas, janganlah engkau
berdua memakan buah dari pohon ini. Bila engkau berdua
memakannya, bererti engkau berdua melanggar perintahKu, dan
engkau berdua akan mengalami kerugian besar, dan bererti
aniaya terhadap dirimu sendiri."
Selain buah Khuldi itu, di dalam Syurga terdapat banyak dan
bermacam ragam buah buahan. Semuanya boleh dimakan oleh
Adam dan Hawa. Hanya buah Khuldi itu saja yang dilarang oleh
Allah memakannya, agar dengan larangan itu, dapatlah Adam
dan Hawa menahan hawa nafsunya, dan dengan adanya
larangan itu Adam dan Hawa diuji tentang ingatan dan
ketaatannya terhadap Allah. Kerana hanya dengan ketaatan
inilah Allah dapat memberikan kesempatan bagi manusia untuk
tetap tinggal di dalam Syurga bersenang senang dan berbahagia.
Allah memberikan peringatan kepada Adam dan Hawa agar
keduanya menjauhkan diri dari Iblis, jangan sampai menurutkan
anjuran dan ajakan Iblis, karena Iblis sudah terang terang
menyatakan dirinya sebagai musuh Adam dan anak cucunya
buat selama lamanya, dan akan selalu sedaya upaya siang dan
malam dengan tidak rasa letih dan tidak bosan bosan, untuk
menjauhkan Adam dan semua anak cucunya dari kebahagiaan
hidup.
Allah berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Iblis itu adalah
musuhmu dan musuh isterimu. Dia akan selalu menggoda
engkau berdua agar engkau berdua terusir pula dari Syurga ini,
sehingga engkau berdua hidup sengsara. Di Syurga ini engkau
berdua dapat hidup bahagia, tidak akan menderita lapar dan
susah."
Begitulah Adam dan Hawa tinggal di dalam Syurga. Hidup
senang dan bahagia, riang dan gembira. Sedang Iblis yang
sudah diusir dari Syurga, selalu berikhtiar untuk dapat masuk
Syurga kembali, guna menipu dan memperdayakan Adam dan
isterinya.
Pada suatu kali, Iblis berhasil dapat masuk ke dalam Syurga,
bertemu dengan Adam dan isterinya. Iblis segera membujuk
dengan berkata: "Hai, Adam! Aku datang untuk memberi nasihat
yang baik kepadamu. Mahukah kamu aku tunjuk, bahawa di
sana itu ada satu pohon yang amat lazat cita rasa buahnya. Bila
buah yang lazat itu engkau makan, maka engkau dapat tinggal
tetap di dalam Syurga ini buat selama lamanya, dan Syurga ini
dapat engkau miliki sebagai satu kerajaan yang tak akan rosak
buat selama lamanya bagi engkau berdua."
"Buah apakah gerangan yang engkau maksudkan itu?" tanya
Adam kepada Iblis.
Iblis menunjuk ke arah pohon Khuldi yang sudah dilarang oleh
Allah memakannya. Melihat isyarat Iblis itu, tahulah Adam
bahawa Iblis sudah mulai menggoda dan menyesatkannya.
Adam lalu berpaling menjauhkan diri dari Iblis.
Tetapi Iblis tak lekas putus asa. Dia mendapat kesempatan yang
kedua bertemu dengan Adam dan Hawa. Segera pula dia
membujuk bujuk: "Larangan Tuhan kepada engkau berdua
memakan buah Khuldi itu, dimaksudkan jika engkau berdua
adalah Malaikat. Sedang engkau berdua bukan Malaikat. Jadi
engkau berdua tidak terlarang memakannya." Adam dan Hawatidak mengacuhkan pujukan halus itu. Keduanya berpaling dan
menjauhkan diri dari Iblis itu.
Sebagai telah diterangkan, ketika Iblis terusir dari Syurga, ia
bersumpah di hadapan Allah bahawa ia dan anak keturunannya
sampai hari kiamat akan berusaha menyesatkan Adam dan anak
keturunannya. Bila ia gagal dalam usahanya yang pertama dan
kedua, ia tidak akan berputus asa, pasti ia akan berusaha untuk
ketiga, keempat sampai ke sekian juta kalinya dalam
menyesatkan dan menggoda manusia Ia tahu betul, bahawa
salah satu kelemahan manusia itu, ialah sering lupa. Iblis
menunggu satu waktu, di mana Adam dan Hawa sudah lupa
akan perintah Allah yang melarangnya memakan buah terlarang
itu.
Pada suatu ketika, setelah diselidikinya, Iblis tahu betul bahawa
Adam dan Hawa dalam berlengah lengah kerana kesenangan di
Syurga itu. Dan Iblis tahu betul bahawa Adam dan Hawa di saat
itu sudah merasakan agak lapar atau dahaga. Ia masuk
mendapatkan Adam dan Hawa setelah ia memetik sendiri akan
buah yang terlarang itu. Langsung dia berkata kepada Adam dan
Hawa:
"Makanlah buah ini, demi Allah, aku ini bukan membujuk dan
menyesatkan kamu, melainkan semata mata memberi nasihat
yang baik, agar kamu berdua dapat menetap di Syurga ini untuk
selama lamanya. Makanlah buah ini, makanlah!"
Mendengar Iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, Adam
dan Hawa mulai berfikir: "Tentu seorang tak akan berani
bersumpah dengan menyebut nama Allah dengan sumpah yang
bohong. Iblis itu tentu berkata benar." Di saat Adam dan Hawa
mulai ragu ragu terhadap kebenaran perkataan Iblis itu, Iblis
menyogokkan buah Khuldi itu kepada Adam dan Hawa. Melihat
buah yang ranum dan harum semerbak itu, selera Adam dan
Hawa mulai tertarik kepadanya. Adam dan Hawa lalu lupa akan
larangan Allah yang melarangnya memakan buah itu. Buah itu
diambilnya lalu dimakannya.
Baru saja buah Khuldi itu masuk ke dalam rongga perut Adam
dan Hawa, maka lenyaplah pakaian yang menutup aurat
keduanya, sehingga kedua suami isteri itu menjadi telanjang.
Kedua duanya pandang memandang dengan perasaan malu
yang tak terhingga. Keduanya segera menyembunyikan diri agar
tidak di lihat Allah. Keduanya memetik dua helai daun kayu yang
terdapat di dalam Syurga, untuk menutup aurat masing masing.
Allah lalu berfirman kepada Adam: "Hai, Adam! Apakah engkau
lari dari Aku?"
Jawab Adam: "Bukan aku lari dari Engkau, ya Allah, tetapi aku
malu dan takut kepada Engkau."
Berkata Allah: "Bukankah Aku sudah melarang kamu berdua
memakan buah itu! Dan Aku katakan pula, bahawa Iblis itu
adalah musuhmu yang nyata? Tetapi kenapa engkau berdua
masih memakan buah yang Aku larang itu?"
Dengan menundukkan kepala serendah rendahnya, Adam dan
Hawa minta ampun dan taubat kepada Allah: "Ya Allah Tuhan
kami! Kami sudah aniaya terhadap diri kami. Kalau Engkau tidak
sudi kiranya mengampuni dan mengasihani kami, sungguh kami
akan merugi dan sengsara berpanjangan."
"Ya, Aku perintah, tapi engkau berdua melanggar perintahku,"
kata Allah pula.
"Maafkan dan ampunilah kiranya kami ini, ya Tuhan," kata Adam
dan Hawa serentak.Kembali Tuhan berfirman dengan marah: "Aku telah beri tempat
engkau berdua di SyurgaKu ini, dan Aku sediakan segala apa
yang engkau inginkan. Hanya Aku larang engkau berdua
memakan buah Khuldi itu. Apakah buah Khuldi itu lebih berharga
bagi engkau berdua daripada Syurga dengan segala isinya ini?"
Sahut Adam: "Sungguh tak aku kira Tuhan, Iblis berani berkata
bohong kepadaku dengan menyebut namaMu."
Allah lalu memutuskan dengan firmanNya: "Demi kemuliaanKu.
Engkau berdua harus meninggalkan Syurga ini, turun ke bumi
yang sudah lama terbentang, di mana engkau berdua juga dapat
hidup, tetapi harus dengan bersusah payah, dan dengan
mencucurkan keringat, kadang-kadang juga airmata."
Dengan mata berlinang, sedih dan takut, Adam bersimpuh
menundukkan kepala di hadapan Tuhan minta ampun:
"Tuhanku! Tuhanku! Ampunilah aku, ampuni aku."
Terhadap Adam, Hawa dan Iblis, Allah menetapkan putusan yang
tak dapat di robah lagi dengan berfirman: "Kamu semua harus
turun ke bumi. Di sanalah tempatnya bagi kamu untuk hidup
bermusuh musuhan, tipu menipu, perdaya memperdayakan,
berhasad dan dengki. Aku beri kesempatan kepada masing
masing kamu untuk hidup di bumi ini di dalam waktu yang
terbatas, juga dengan segala macam kesenangan dan kesusahan
yang terbatas pula. Nanti akan datang ajal kepada masing
masing kamu, lalu masing masing kamu akan Aku panggil
kembali kepadaKu, untuk mempertanggung jawabkan apa yang
kamu sudah lakukan selama hidup di muka bumi itu."
Airmata semakin banyak jatuh bercucuran dari mata Adam dan
Hawa. Keduanya menangis tersedu sedu, sambil
menanggungkan sesal yang tak terkira hebatnya atas kesalahan,
lantaran godaan Iblis.
Kepada Adam dan Hawa kembali Allah berfirman: "Di bumi,
kamu akan selalu didatangi dan di goda oleh Iblis dan semua
anak cucu dan kakitangannya. Di bumi, kamu akan menghadapi
penjuangan yang berat menghadapi mereka. Tetapi kamu
jangan takut. Kepadamu dan anak cucumu akan Aku turunkan
petunjuk petunjuk (ajaran-ajaran agama). Siapa di antara kamu
dan anak cucumu itu yang senantiasa mengikuti petunjukKu itu,
dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara."
Tak lama kemudian, tibalah Adam dan Hawa di permukaan bumi
yang fana. Diterimanyalah wahyu Ilahi yang pertama yang
menyatakan, bahawa Allah sudah berkenan mengampuni dosa
dan menerima taubat Adam dan Hawa. Sungguh Allah suka
memberi ampunan dan taubat bagi siapa saja di antara
hambaNya yang merasa dirinya bersalah dan suka minta ampun
dan taubat
Cerita Adam yang memakan buah terlarang, lalu dikeluarkan dari
Syurga dan ditempatkan di bumi ini, sudah menyesatkan banyak
manusia dari dahulu sampai sekarang. Mereka katakan bahawa
dengan perbuatan Adam itu maka dia sudah berdosa sebesar
besar dosa,sehingga Adam diusir Allah ke bumi ini. Bahkan
bukan hanya Adam dan Hawa saja yang berdosa besar,
melainkan juga seluruh anak keturunannya sampai hari kiamat.
Demikian hebat dan besarnya dosa Adam dan keturunannya
dengan kesalahan tersebut, tidak dapat diampuni begitu saja,
sehingga Allah karena kasihNya, menjelma menjadi anak
manusia melalui perut seorang wanita, lalu mati di tiang salib
untuk menebus dosa tersebut.
Untuk menghindarkan manusia dari kesesatan yang nyata ini,
Allah telah mengutus RasulNya yang terakhir, iaitu Muhammads.a.w., untuk menyampaikan wahyu wahyu dari Allah, iaitu al-
Quran. Berulang kali dalam al-Quran, Allah menyatakan bahawa
Adam melanggar perintah Allah itu, adalah semata mata kerana
terlupa sama sekali bukan karena sengaja. Sebab itu, Adam
dianggap Allah hanya tersalah, dan bukan berdosa yang tidak
terampun. Semua kesalahan yang dilakukan manusia karena
lupa, tidaklah dianggap Allah sebagai dosa. Apalagi kesalahan
Adam ini hanya sekadar memakan sebiji buah, tidaklah dapat
dianggap sebagai kesalahan besar, melainkan hanya suatu
kesalahan yang amat kecil dan kecil sekali.
Tetapi bagaimanapun kecilnya kesalahan ini, kerana kesucian
dan kesedarannya yang amat tinggi itu, Adam sangat menyesal,
Adam mengeluh, Adam minta ampun dan taubat. Seorang yang
dapat menyedari akan kesalahannya, bukanlah orang yang
berdosa, melainkan seorang yang amat mulia, seorang yang
amat suci.
Berulang ulang pula di dalam al-Quran diterangkan, bahawa
Allah sudah berkenan mengampuni kesalahan Adam yang kecil
itu. Bahkan bukan hanya diampuni dan diberi taubat saja oleh
Allah, melainkan kerana kesedarannya dan penyesalannya itu,
Adam menjadi manusia yang terpilih, diberi petunjuk dan
diangkat Allah menjadi Nabi. Adalah suatu kesesatan yang
nyata, menganggap seorang Nabi orang berdosa.
Begitu pun tentang dikeluarkannya Adam dan Hawa dari Syurga,
lalu dipindahkan dan ditempatkan di bumi ini, bukanlah
menunjukkan bahawa Adam berdosa. Kerana bukankah telah
diterangkan bahawa sebelum Adam melakukan pelanggaran
tersebut, Allah sudah menyatakan kepada seluruh Malaikat,
bahawa Adam itu diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah di
bumi ini. Ertinya bahawa Adam dan anak cucunya, diciptakan
Allah untuk menghuni bumi yang sudah terbentang luas. Adalah
suatu kesesatan yang nyata pula, kalau di katakan bahawa
manusia ditempatkan di bumi ini, kerana dosa dan kesalahan
yang telah diperbuat Adam dan Hawa. Umat Islam harus
membersihkan diri dari kesesatan yang nyata ini.
Adam menurut ajaran agama kita Islam, selain manusia
pertama, juga seorang Nabi dan Rasul. Kita umat Islam
diwajibkan beriman kepada semua Nabi dan Rasul, serta
mempercayai bahawa setiap Nabi dan Rasul itu harus bersih dari
segala dosa, sekalipun sebagai manusia mungkin saja tersalah,
iaitu kerana lupa dan lain lain. Kesalahan bukan dosa. Nabi nabi
dan Rasul rasul yang lain pun pernah pula tersalah karena lupa.
Nabi Muhammad s.a.w. pernah tersalah, iaitu mengakhiri
sembahyang asar yang seharusnya empat rakaat, sesudah
beliau baru saja melakukannya dua rakaat. Setelah
diperingatkan oleh para Sahabat yang menjadi makmumnya,
barulah beliau sedar, dan beliau langsung meneruskan
sembahyang tersebut sampai empat rakaat.
Lebih hebat lagi kesesatan sebahagian manusia yang
mengatakan bahawa: kesalahan Adam itu menjadi dosa pula
bagi semua anak cucunya sampai hari kiamat, yang mereka
katakan dosa asal. Padahal semua manusia yang baru lahir,
bersih dari segala dosa, sekalipun ibu bapanya berdosa atau
bersalah. Tidaklah adil dan patut kalau seorang ibu atau bapa
berdosa, lalu anaknya dianggap berdosa pula karena dosa ibu
dan bapanya itu. Dosa itu baru timbul sesudah seorang anak
menjadi baligh dan berakal (aqil baligh), kerana perbuatannya
sendiri.
Alangkah hebatnya dosa orang yang membawa manusia kepada
agama kepercayaannya yang setiap waktu secara berulang ulang
mengatakan bahawa Nabi Adam berdosa. Mengambinghitamkan
seorang manusia suci, Nabi dan Rasul, iaitu Adam, untukmendapatkan pengikut, bukanlah suatu perbuatan yang suci,
melainkan sebaliknya, suatu perbuatan yang tercela dan berdosa
pula.
Kisah Adam yang demikian itu disampaikan Allah kepada
manusia dengan perantaraan Kitab SuciNya al-Quran, adalah
sebagai pelajaran dan peringatan bahawa kita manusia sekalipun
makhluk terbaik dan mulia tetapi tetap mempunyai kelemahan.
Di antara kelemahan manusia itu ialah sifat pelupa. Dan di saat
kita lupa itu, kita dapat diperdayakan dan disesatkan oleh Iblis.
Hendaknya berhati hati sekali jangan sampai dapat disesatkan
oleh Iblis itu.

MULAI HIDUP BERKETURUNAN
Alangkah terkejutnya Adam dan Hawa setibanya di permukaan
bumi ini. Sungguh besar perbezaan Syurga dengan Bumi, seperti
perbezaan siang dengan malam.Di lihat Adam dan Hawa bahawa
bumi ini penuh dengan hutan belantara. Penuh dengan pokok
pokok yang besar dan bercabang cabang.
Di dalamnya hidup segala macam binatang buas yang selalu
hendak menerkam mangsanya. Singa, harimau, gajah, beruang,
ular dan lain-lain sebagainya. Karena takutnya terhadap
binatang buas itu, Adam dan Hawa dengan bersusah payah,
berdaya upaya mencari tempatuntuk bersembunyi. Di salah satu
dataran tinggi, didapati Adam dan Hawa sebuah gua yang agak
luas. Di sanalah mereka menetap dan bersembunyi.
Tetapi akhirnya Adam dan Hawa merasa dahaga dan lapar.
Dengan bersusah-payah pula, keduanya harus keluar dari gua
mencari air untuk diminum dan buah-buahan untuk dimakan.
Tetapi tidak semua air dapat diminum dan tak semua buah dapat
dimakan, Ada yang pahit, masin, masam, dan ada pula yang
enak, manis dan gurih. Ya, ternyatalah, bahwa kehidupan
didunia ini beza dengan kehidupan di Syurga dahulu. Kehidupan
didunia ini setiap saat atau detik penuh dengan perjuangan.
Setiap saat harus memeras otak, memeras tenaga dan keringat.
Begitulah, saban merasa dahaga dan lapar, Adam dan Hawa
terpaksa berjalan sejauh jauhnya mencari air dan buah buahan.
Sedang bahaya binatang binatang buas selalu mengancam
jiwanya. Rupanya kehidupan di permukaan bumi ini, adalah satu
cara hidup yang selalu dalam proses dan peredaran, yang selalu
silih berganti antara senang dan susah, dingin dan panas, naik
dan turun, kenyang dan lapar, sihat dan sakit dan seterusnya.
Segala macam penderitaan yang berbentuk dahaga, lapar,
bahaya binatang buas dan lain-lain telah dapat menggerakkan
akal dan fikiran Adam dan Hawa, bagaimana mereka dapat
membebaskan diri dari penderitaan itu.
Timbullah fikiran dalam hatinya untuk menanam pohon-pohon
yang buahnya enak dimakan di sekitar tempat kediamannya,
agar dia terhindar dari bahaya binatang-binatang buas di dalam
hutan belukar mencari atau memetik buah-buah yang dia
inginkan. Dengan mempergunakan dahan dahan kayu, tempat di
sekitar gua itu ditebasnya. Dipindahkannya ke situ pokok pokok
yang dirasanya enak dimakan buahnya, untuk menghilangkan
laparnya.
Ya, Adam terpaksa memeras tenaga, mencucurkan peluh,
memeras otak dan fikiran, untuk mendapatkan makanan
menghilangkan lapar. Isterinya Hawa pun demikian pula. Dia
terpaksa menolong Adam dengan tenaga yang ada padanya.
Begitulah, bertahun tahun kemudian, Adam dan Hawa sudah
dapat bercucuk tanam, dan sudah pandai pula berternak
memelihara binatang ternakan seperti kambing dan ayam.
KETURUNAN PERTAMA
Dalam kehidupan bersuami isteri, Hawa mulailah hamil. Tak
lama kemudian lahirlah ke permukaan bumi ini turunan Adam
dan Hawa yang pertama. Anak yang pertama ini laki laki seperti
Adam. Anak itu diberi nama Qabil.
Alangkah bahagianya Adam dan Hawa setelah dari pergaulannya
berdua itu, lahir seorang manusia baru, anaknya yang pertama
itu, menambah anggota masyarakat yang hanya terdiri dari dua
orang menjadi tiga orang. Hawa mulai sibuk menjaga dan
mengasuh anaknya, tidak dapat lagi keluar membantu Adam
bercucuk tanam dan menggembala ternak. Adam terpaksa
keluar seorang diri dan bekerja. Setiap petang kalau dia sudah
lelah, dia pulang kembali ke gua tempat kediamannya untuk
istirahat, menemui isteri dan anaknya. Makanan yang
diperdapatnya dibawanya pulang dan dimakannya bersama sama
dengan isteri dan anaknya.
Dengan begitu, kegembiraan hidup Adam dan Hawa di atas bumi
tampaknya semakin hari semakin bertambah. Kegembiraan yang
bertambah itu telah dapat menghilangkan kelelahan bekerja dan
ketakutannya terhadap binatang binatang buas.
Setelah berlalu pula kira kira setahun lamanya, kembali Hawa
menjadi hamil. Tak lama kemudian, lahirlah anaknya yang
kedua, seorang wanita. Dan anak perempuan ini dinamai Adik
Qabil. Dengan kelahiran yang kedua ini, Adam dan Hawa
semakin gembira hidupnya dan semakin rajin dan tekun bekerja
mencari penghidupan.
Begitulah dari tahun ke tahun, keluarga Adam selalu bertambah
tambah dengan anak yang ketiga, seorang lelaki dinamai Habil,
anak keempat seorang perempuan, dinamai Adik Habil, kelima,
keenam dan seterusnya. Adam terpaksa bekerja lebih keras
untuk mendapatkan makanan lebih banyak karena bilangan
keluarganya semakin besar.
Adam dan Hawa menjadi semakin tua, sedang anak anaknya pun
semakin besar dan meningkat dewasa. Qabil dan Habil sekarang
sudah meningkat jadi muda remaja. Akal dan fikirannya mulai
timbul. Timbul perasaan wajib menolong ibu dan bapaknya,
bekerja bertani dan menggembala, menghasilkan makanan dan
minuman bagi keluarganya yang semakin besar, turut berjuang
menjaga adik adiknya dari bahaya singa dan harimau, dan
binatang-binatang buas lainnya.
Mulai tampak perbedaan alam wanita dengan lelaki. Anak
anaknya yang lelaki kebanyakan suka bekerja di luar rumah,
bertani, berburu dan memelihara binatang binatang ternak.
Sedang anak anaknya yang wanita suka bekerja di rumah,
memasak makanan dan minuman serta menjaga adik adik dan
mengurus keperluan keperluan rumahtangga.
Sekalipun Qabil dan Habil dua bersaudara, sebapa dan seibu,
dan sama lelaki, sama sama dibawah asuhan seorang ibu dan
seorang bapa, tinggal di dalam dan iklim yang sama, tempat
yang sama pula, namun kudrat Ilahi dan kehendak Allahlah yang
lebih menentukan segala sesuatu didalam alam yang luas ini.
Keadaan rohani dan jasmani dari Qabil dan Habil tidaklah sama,
berbeza satu dengan yang lain. Ada perbezaan besar. Qabil
sekalipun lebih tua, tetapi badannya lebih kecil dan lemah. Habil
sekalipun lebih muda, tetapi badannya lebih besar dan lebih
kuat. Qabil sekalipun lebih tua dan berbadan lemah, tetapi
tabiatnya amat kasar. Sedang Habil yang berbadan kuat dan
besar, tetapi tabiatnya sangat baik dan perasaan yang sangat
halus, lagi berbudi pekerti tinggi.
Adam bermaksud akan membagi-bagikan perkerjaan kepada dua
orang anaknya yang meningkat remaja itu. Qabil dengan
tabiatnya yang kasar itu diserahi oleh Adam untuk bertani,
mengolah tanah, menyangkul dan menebas hutan belukar,
kerana tanah dan hutan belukar adalah barang mati yang tak
memerlukan perasaan halus dan cinta kasih.
Ada pun Habil kerana perasaannya yang halus dan perasaan
kasih sayangnya, diserahi oleh Adam untuk memelihara binatang
ternak, iaitu kambing dan lembu yang dapat merasakan haus
dan lapar, sakit dan senang, sebab itu perlu disayang, dicintai,
harus diurus oleh manusia yang mempunyai perasaan halus dan
rasa kasih sayang.
Baru saja matahari terbit di waktu pagi, maka keluarlah Adam,
Qabil dan Habil dari gua tempat kediaman mereka untuk
bekerja. Qabil terus menuju ke hutan menebas belukar, ke
ladang menyangkul, menaburkan benih atau menuai, bila tanam
tanamannya sudah masak untuk dituai.
Sedang Habil menuju ke padang rumput untuk memelihara dan
menggembalakan ternaknya. Adam kadang kadang pergi
berburu, mencari ikan atau burung, untuk dimakan dagingnya
sebagai lauk pauk. Atau pergi mencari air untuk di minum dan
memandikan anak anak dan isterinya. Kalau matahari sudah
hampir tenggelam, siang akan berganti dengan malam, mereka
kembalilah ke gua tempat kediaman mereka. Qabil membawa
buah buahan dan sayuran, Habil membawa susu, sedang Adam
membawa burung-burung dan ikan hasil buruannya. Sesudah
semua buah tangan itu dimasak oleh Hawa, mereka makanlah
bersama sama dengan enaknya.
Di waktu dan sesudah makan bersama ini, timbullah fikiran pada
Adam untuk mengajar anak anaknya bersyukur kepada Allah
yang telah memberi mereka rezeki sebanyak itu.
Lihatlah kata Adam kepada anak-anaknya: "Kita ini tidak akan
ada kalau tidak diciptakan oleh Allah. Allahlah yang menciptakan
diri kita masing-masing. Diciptakan Allah pula bumi yang lebar
dan luas ini untuk tempat tinggal kita. Lihatlah, alangkah luas
dan lebarnya bumi Allah yang kita tempati ini. Di sinari oleh
matahari di waktu siang dan oleh bulan dan bintang-bintang, di
waktu malam. Ditumbuhkan Allah segala macam tumbuhtumbuhan,
dikembangkan Allah segala macam binatang binatang
untuk menjadi rezeki kita. Marilah kita menyembah kepada Allah
dan mensyukuri segala nikmat dan rahmatNya kepada kita."
Untuk menguji tentang keimanan dan kesyukuran kedua orang
anaknya yang sudah remaja itu, Adam menyuruh kedua orang
anaknya yang bernama Qabil dan Habil itu untuk pergi ke
puncak sebuah gunung. Kedua dua orang anaknya itu disuruh
oleh Adam membawa sebahagian dari penghasilan masing
masing, dan meletakkan penghasilannya di puncak gunung itu,
agar dapat dimakan oleh makhluk Allah yang mana saja
membutuhkannya, iaitu makhluk makhluk Allah yang tidak
pandai bercucuk tanam dan memelihara binatang ternak.
Pekerjaan ini dinamai Adam berkorban, berzakat dan beribadat.
Pekerjaan berkorban, berzakat dan beribadat ini amat cocok dan
sesuai dengan perasaan Habil, karena dengan perasaannya yang
halus dan fikirannya yang dalam, dia dapat merasakan
kebesaran Allah yang banyak nikmat pemberianNya. Apalagi
pengorbanan tersebut, akan dapat pula menolong beberapa
macam binatang-binatang yang dalam kehausan atau kelaparan.
Adapun Qabil dalam hatinya sangat menentang pekerjaan itu.
Mengorbankan sebahagian dari hasil kerjanya yang diperdapatnya dengan penat lelah, untuk dijadikan zakat atau
ibadat terhadap Allah, dianggapnya satu pekerjaan yang tak
berguna, atau pekerjaan orang bodoh dan merugikan. Alangkah
susahnya mencari rezeki, katanya, kenapa rezeki itu
dilemparkan ke puncak gunung untuk dimakan binatang
binatang yang tak ada gunanya. Iblis yang dilontarkan Allah ke
bumi, rupanya sudah mulai menjalankan peranannya, untuk
memesongkan hati manusia dari amal dan perbuatan yang baik.
Habil rupanya tak mampu digoda dan diperdayakannya. Tetapi
Qabil merupakan tanah yang subur bagi Iblis untuk menjalankan
tipu dayanya.
Iblis sudah dapat memasuki salah satu kelemahan dari unsur
manusia dengan saluran kecintaan manusia kepada harta benda.
Harta dan kekayaan adalah satu alat buat Iblis untuk
memperdayakan manusia. Untuk berkorban ini, Habil memilih
kambingnya yang terbaik dan tergemuk. Sesudah
disembelihnya, lalu ditaruhkannya dipuncak gunung, sebagai
korban dan tanda terimakasihnya terhadap Allah yang telah
memberikan rezeki.
Qabil sekalipun dengan perasaan enggan dan terpaksa, juga
melakukan ibadat korban itu. Tetapi untuk korban ini dia memilih
buah-buahan yang tidak baik, yang sudah setengah busuk,
karena hatinya memang tidak baik dan busuk pula.
Baik Habil atau Qabil lalu meletakkan korban masing-masing di
puncak gunung, dengan harapan korban itu akan diterima oleh
Allah dengan penerimaan yang baik. Pada hari berikutnya,
pergilah kedua bersaudara itu diiringkan oleh bapaknya Adam,
untuk melihat, apakah korban korban itu sudah diterima oleh
Allah atau tidak.
Ternyata bahwa korban Habil sudah tidak ada lagi, bererti sudah
diterima oleh Allah dengan baik. Tetapi korban Qabil yang terdiri
atas buah-buahan yang tak baik dan busuk itu, masih saja ada
di situ bahkan sudah menjadi lebih busuk. Itu berarti bahwa
korban Qabil tidak diterima oleh Allah.
Bukan main girangnya Habil melihat yang korbannya diterima
dengan baik oleh Allah. Dia lalu bersyukur dan berterimakasih.
Qabil menjadi marah dan irihati, karena korbannya tidak
diterima oleh Allah. Dengan marah dia berkata kepada bapanya:
"Korban si Habil diterima oleh Allah, karena bapa mendoakan
baginya. Korban saya tidak diterima oleh Allah, karena bapak
tidak suka mendoakan bagi saya."
Adam lalu menjawab: "Habil mengorbankan barang barang yang
baik, karena hatinya baik. Korbannya diterima oleh Allah, karena
Allah suka kepada barang-barang yang baik. Sedang engkau
mengorbankan buah buahan yang tidak baik dan busuk. Itu
menunjukkan yang hatimu busuk. Korbanmu tidak diterima oleh
Allah, karena Allah tidak suka ke.pada barang-barang yang
busuk dan tidak baik."
Qabil menjadi marah dan irihati karena korbannya tidak diterima
oleh Allah. Dengan marah dia berkata kepada adiknya Habil,
sekalipun Habil tidak bersalah apa apa terhadap dirinya. Tetapi
begitulah caranya Iblis menggoda manusia tanpa alasan yang
tepat pun. Iblis dapat menggoda manusia manusia yang lemah
jiwa dan batinnya, lemah imannya untuk membenci saudaranya
sendiri yang tak bersalah apa apa. Sungguh perdayaan dan tipu
muslihat Iblis itu halus dan licin sekali.
Qabil pulang ke rumahnya dengan hati yang marah dan
menggerutu. Kepalanya digeleng gelengkan tanda marah yang
bersangatan. Marah kepada saudaranya Habil yang baik dan tak
bersalah apa apa terhadap dirinya. Bukan marah terhadap
dirinya sendiri yang tidak baik dan busuk itu.Ya, begitu halusnya godaan Setan dan Iblis terhadap manusia,
untuk mengeruhkan pergaulan sesama manusia dalam
kehidupan di permukaan bumi ini. Setelah masing masing anak
Adam itu meningkat dewasa, maka anak anak lelaki mulai
merasakan keperluan terhadap isteri, sedang anak anak
perempuan merasakan keperluan terhadap suami, karena
memang demikianlah sunnah yang ditetapkan Allah yang
menciptakan manusia dan semua makhluk berjiwa lainnya.
Sekalipun masyarakat manusia di masa hidupnya Adam itu baru
terdiri atas beberapa orang lelaki dan beberapa orang wanita
saja, namun begitu untuk memenuhi hasrat bersuami isteri ini
agar berjalan dengan teratur, maka Allah menetapkan beberapa
aturan (syari'at) yang harus dijalankan oleh masing masing
manusia yang menjadi anggota masyarakat yang kecil itu.
Ditetapkan Allah syari'at (aturan) bagi anak anak Adam dan
Hawa yang sudah dewasa itu, iaitu aturan yang sangat
sederhana sekali. Qabil anak pertama, boleh kawin dengan Adik
Habil anak keempat, sedang Habil anak ketiga boleh kawin
dengan Adik Qabil anak kedua. Jadi masing masing Qabil dan
Habil tidak boleh kawin dengan adiknya sendiri. Syari'at itu
diwahyukan Allah kepada Adam. Adam menyampaikan wahyu ini
kepada isteri dan anak anaknya yang sudah berhasrat kawin itu.
Syari' at ini diterima dengan segala ketaatan dan kepatuhan oleh
Adam, Hawa dan anak anaknya.
Hanya Qabil yang tak mahu tunduk terhadap syari'at yang
ditetapkan Allah ini. Iblis mendapat peluang yang baik sekali
dengan perantaraan perasaan berahi antara lelaki dan wanita,
dengan perantaraan nafsu dan keinginan keinginan hidup
manusia. Kepada Qabil dibisikkan oleh Iblis bahwa Adik Qabil
lebih cantik dari Adik Habil.
Kata Iblis kepada Qabil: "Jangan kamu mahu tunduk kepada
penetapan bapakmu yang tak adil itu. Adikmu sendiri jauh lebih
cantik dari Adik Habil. Kenapa bapak menyuruh kamu kawin
dengan Adik Habil yang tak cantik, sedang adikmu yang cantik
itu disuruh berikan kepada Habil untuk menjadi isterinya?"
Dengan bujukan Iblis ini, mulailah ketara nafsu yang tak mahu
menurut putusan dengan segala macam alasannya. Kecantikan
seorang wanita telah dapat dipergunakan oleh Iblis untuk
menimbulkan perselisihan antara dua orang lelaki yang
bersaudara kandung itu. Ini bukan hanya terjadi atas diri anak
anak Adam dan Hawa dahulu kala, tetapi masih terjadi pada
anak cucu Adam dan Hawa yang hidup di abad kedua puluh,
atau zaman moden sekarang ini.
Adam dan Hawa sebagai bapak dan ibu mulai pusing memikirkan
bagaimana caranya agar dia dapat memenuhi keinginan anak
anaknya dengan tidak melanggar syari'at yang sudah ditetapkan
Allah, agar tetap hidup dalam keadaan aman tenteram dan
selamat di muka bumi ini.
Bila syari'at Allah dijalankan akan terjadi perselisihan antara
anak anaknya. Bila keinginan anaknya yang diteruskan akan
terjadi keengkaran terhadap syari'at yang ditetapkan Allah. Satu
kesempatan yang amat baik sekali bagi Iblis untuk menjalankan
tipudaya dan siasatnya. Perselisihan antara manusia sesama
manusia adalah jalan lempang yang amat lurus bagi Iblis untuk
sampai pada tujuannya.
Kesempatan baik ini, tidak disia-siakan Iblis. Iblis segera datang
berbisik ke telinga Qabil: "Hai, Qabil! Janganlah lekas putusasa.
Ada satu cara yang amat gampang untuk mengatasi jalan buntu
antara engkau dan adikmu Habil, untuk menyampaikan hasrat hatimu kawin dengan adikmu yang cantik itu. Jalan satu-satunya
ialah supaya kamu bunuh saja adikmu yang bernama Habil itu."
Mula mula Qabil agak ragu ragu terhadap cara penyelesaian
yang dianjurkan Iblis itu. Iaitu dengan cara membunuh Habil,
adik kandungnya sendiri, saudara yang seibu dan sebapa dengan
dia, selapik seketiduran, kadang-kadang sebantal sekalang hulu.
Beberapa hari lamanya Qabil termenungmenung tidak keruan
hidupnya. Berdiri bermenung, duduk bermenung, tidur tak
berasa puas, makan tak berasa enak. Duduk termenung dan
melamun adalah merupakan tanah yang amat subur pula bagi
Iblis untuk menanam siasat dan tipu dayanya terhadap manusia.
Orang yang duduk bermenung bererti fikirannya menjurus ke
satu jurusan saja. Dia lupa akan jurusan jurusan lain dalam
hidupnya. Apalagi kalau yang dimenungkan itu hal yang tak baik.
Dia akan lupa akan kemaslahatan dirinya. Apa lagi kemaslahatan
ibu bapa dan keluarganya. Dia akan lupa akibat akibat yang
akan timbul dari perbuatannya itu. Di saat yang amat kritikal
dalam menungannya itu, Iblis datang langsung menemui Qabil
dengan anjuran yang lebih tegas:
"Bunuh saja, hentam saja, jangan fikir panjang lagi !"
Melihat keadaan dan tabi'at Qabil yang luarbiasa itu, Adam,
Hawa, Habil seluruh anggota anggota keluarganya menjadi
gelisah. Masing-masing mereka mencoba memberi nasihat
kepada Qabil. Berkata Adam kepada Qabil: "Jangan engkau
perturutkan ajakan Setan dan Iblis. Tunduklah kepada syari'at
yang ditetapkan Allah yang telah disetujui oleh ibu bapamu
sendiri." Habil dengan hati yang lapang dan pandangan yang
luas mencuba menasihati abangnya yang sudah lupa daratan itu:
"Lebih baik engkau mencari jalan yang hak, hai saudaraku,
menempuh jalan yang membawa selamat, menjauhkan diri dari
jalan yang membawa celaka dan kesengsaraan yang berlarut
larut."
"Ketahuilah, saudaraku," katanya lagi, "bahawa apa yang terjadi
ini adalah syari'at dan takdir yang sudah ditentukan Allah. Ibu
dan bapak, begitupun saya sendiri hanya semata-mata
menjalankan perintah dan syari'at Allah itu. Kita sekalian
diciptakan Allah hidup di permukaan bumi ini, adalah semata
mata untuk dapat menjalankan syari'at dan untuk mengabdikan
diri kita kepada Allah yang menciptakan kita itu. Sungguh
engkau akan berdosa bila keluar dari jalan yang hak sudah
ditentukan Allah. Maka lebih baik engkau minta ampun atas
dosamu itu, sebagaimana saya selalu minta ampun dan
menyerahkan nasib dan untungku seluruhnya kepada Allah yang
menciptakan seluruh alam ini."
Nasihat yang bagaimana juga baik dan benarnya, rupanya tidak
berbekas pada jiwa yang penuh nafsu yang sedang bergejolak
membakar. Qabil malah menjadi semakin galak garang. Dia
segera mendekati adiknya Habil yang masih memberi nasihat
dan berkata: "Engkau jangan banyak bicara. Engkau pasti saya
bunuh."
Dengan hairan dan sabar, Habil menjawab: "Kenapa aku akan
engkau bunuh?" "Karena bapa dan Allah lebih suka kepada
engkau," jawab Qabil. "Dengan membunuh saya, keadaan tidak
akan berubah, malah bapak dan Tuhan akan semakin marah
terhadap engkau," jawab Habil. "Tak peduli, engkau pasti aku
bunuh, agar senang hatiku," kata Qabil dengan garangnya.
Sekalipun Habil jauh lebih kuat badannya dari Qabil, karena
budinya yang tinggi, dia tetap bersabar diri dan berkata: "Sekali
pun engkau telah mengacungkan tangan untuk membunuhku,
saya tetap tidak akan menggerakkan tangan untuk
membunuhmu. Saya takut kepada Tuhan Semesta Alam."Habil terus berjalan menuju tempat kediamannya, Qabil
mengikutinya dari belakang dengan hati mengkal. Setibanya di
gua, masih saja dia mengkal dan marah. Dicobanya menidurkan
mata, tidak mahu tidur. Semalam malaman itu dia tak sepicing
juga dapat tidur. Dadanya berasa mengah.
Di saat itu datang lagi Iblis meniup-niup hatinya yang sudah
panas itu dengan berkata: "Bunuh Habil, bunuh Habil, bunuh
Habil !"
Di waktu pagi sebagai biasa, Habil bangun dari tidurnya. Dengan
perasaan lega dia menuju ke padang rumput menggembalakan
ternaknya. Qabil yang sedang diperkuda oleh Iblis dengan
sembunyi sembunyi mengikutinya dari belakang. Maksudnya
untuk membunuh Habil yang tidak ragu ragu lagi, malah
bertambah menyala nyala. Di kala matahari, bulan, bintang
bintang beredar di angkasaraya menjalankan perintah Tuhannya,
di kala burung burung berkicau bersiul berterbangan ke sana ke
mari menjalankan tugasnya masing masing sambil bertasbih
mensucikan Tuhan Yang Maha Suci, Qabil dengan mencapai
dahan kayu yang amat keras dan berat memukul kepala Habil
dari belakang sekuat hatinya.
Darah bertumpah dan mengalir membasahi permukaan bumi
buat pertama kali. Habil menjerit kesakitan, badannya
terhempas ke bumi dan bergeletar. Terjadilah apa yang
disangsikan para Malaikat terhadap manusia, ketika Malaikat
diberitahu Allah bahwa manusia akan diciptakan Allah untuk
menjadi Khalifah (pengatur) di atas bumi. Malaikat sangsi bahwa
manusia akan berbuat binasa di bumi dan akan menumpahkan
darah. Kesangsian itu kini untuk pertama kalinya sudah terjadi,
mungkin akan disusul pula dengan kejadian-kejadian kedua,
ketiga, keempat dan sampai entah ke berapa kali lagi; bahkan
pembunuhan itu bukan hanya dilakukan oleh seorang manusia
terhadap seorang manusia saja, tetapi akan terjadi pembunuhan
pembunuhan besar, beribu-ribu manusia dengan alat alat
pembunuhnya yang terkejam dan termoden akan membunuh
beribu ribu manusia lainnya, manusia yang bersalah dan tidak
bersalah, wanita atau anak anak di bawah umur sekalipun.
Setelah melihat darah mengalir membasahi bumi, serta
mendengar jeritan Habil yang memilu dan menyayat perasaan
itu, maka Iblis yang memperkudanya itu tersenyum simpul, lalu
pergi meninggalkan mangsanya, sebagai seorang yang menang,
karena siasat dan tipudayanya sudah berhasil. Makin yakin ia
akan kelebihan dirinya dan akan kelemahan atau kekurangan
Bani Adam (manusia).
Sepeninggalan Iblis itu, Qabil mulai sedar akan ketololan dirinya.
Perasaan menyesal atas perbuatan yang baru dilakukannya
mulai tumbuh, muncul dengan perlahan dari lubuk hatinya.
Teringatlah ia, bahwa adiknya (Habil) adalah seorang baik dan
tidak bersalah apa apa. Mulailah dia merasakan bahawa
perbuatannya itu amat kejam. Mulai timbul kesedaran, bahawa
dia bersalah besar. Tidak ada keuntungan yang diperolehinya
dari pembunuhan ini. Dan tidak mungkin pembunuhan ini akan
membawa kesenangan hatinya. Malah sebaliknya, hatinya
bertambah gundah, dia merasa rugi, kosong dari perasaan aman
dan tenteram. Apalagi setelah dilihat dengan mata kepalanya
sendiri keadaan adiknya Habil yang bergeletar ditanah
menghadapi sakaratul maut. Suara rintihannya semakin halus,
akhirnya hilang lenyap. Sebaliknya seluruh anggota badannya
semakin hebat menghempas ke kiri dan ke kanan menandakan
rasa sakit yang tak terhingga. Nafasnya sesak, seakan akan
jantung dan paru parunya sudah tidak kuasa lagi menghirup
udara atau hawa. Akhirnya seluruh gerakgerinya berhenti,sekujur badannya menjadi lemah longlai, dan dia lalu
menghembuskan nafas yang terakhir.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun." Ya, semua manusia akan
mati. Bahkan semua makhluk berjiwa akan mengalami mati.
Karena begitulah sunnah Ilahi yang menciptakan seluruh
makhluk berjiwa ini. Karena Allah sudah menetapkan dari azal,
bahwa kehidupan di dunia ini hanya buat sementara saja, hanya
sebagai singgah dalam perjalanan ke arah penghidupan yang
kekal dan abadi di akhirat. Di akhirat nanti akan diperhitungkan
satu persatu amal dan kerja setiap manusia selama hidupnya di
dunia ini. Setiap amal, buruk dan baik, kecil dan besar tidak ada
yang tertinggal dan tidak kena perhitungan itu. Semua akan
mendapat balasan yang setimpal. Perbuatan baik balasannya
baik.
Perbuatan jelek atau jahat pembalasannya jahat pula. Orang
yang hidupnya teraniaya di permukaan bumi ini janganlah terlalu
bersedih hati. Bersabarlah, Tuhan sanggup membalikkan
penganiayaan itu ke alamat asalnya. Dan orang yang
menganiaya, jangan terlalu bergembira dalam hidup, pasti akan
merasakan sakit dan pedihnya penganiayaan yang dia lakukan
itu !
Angin sepoi mulai berhembus dan bertiup. Semua daun daun
kayu bergerak dan berdesir. Hembusan angin sepoi itu seakan
akan menjamah sekujur tubuh Habil yang sudah tak bernafas
lagi itu sebagai hiburan dan tanda turut berdukacita. Sedangkan
desiran daun daun seakan akan bertasbih meratapi dan
meucapkan selamat jalan kepada jenazah Habil yang sedang
pulang kembali ke Rahmatullah.
Adapun Qabil mendengar desiran daun dihembus angin sebagai
bisikan yang mengecam dan mengutuknya: "Qabil, engkau
pembunuh, engkau pembunuh, engkau kejam, engkau kejam,
bodoh, engkau bodoh."
Burung burung dan binatang binatang buas dengan berbagai
bunyi, seakan akan berkata kepadanya menyesali perbuatannya
itu: "Engkau pembunuh, engkau kejam."
Qabil mulai mengerang panjang. Dia mulai merasa takut.
Badannya berasa berat dan kakinya berasa lemah. Tiba tiba dia
tersungkur jatuh di samping jenazah adiknya Habil. Dia
memanggil manggil: "Habil! Habil! Habil !"
Habil tidak menjawab, karena dia sudah menghembuskan nafas
yang terakhir, telah bercerai jiwa dengan raganya. Tinggallah
Qabil termangu mangu di samping jenazah adiknya. Tidak tahu
apa yang harus dilakukannya. Apakah jenazah adiknya itu akan
ditinggalkannya begitu saja sehingga biar dimakan serigala dan
burung burung?
Tak sampai hati dia meninggalkannya begitu saja. Akhirnya
jenazah itu dipikul ke bahunya dan dibawanya. Tetapi dia tidak
tahu ke mana jenazah itu akan dibawanya dan akan diapakan
jenazah itu. Dia terus berjalan dan berjalan. Akhirnya dia
menjadi letih, lalu berhenti melepaskan lelah. Hatinya sedih dan
mulai berkhayal agar adiknya hidup kembali. Sesalnya
bertambah tambah, sehingga dia menjadi tak keruan dan
gelisah. Mulai dia marah kepada dirinya sendiri.
Setelah letihnya agak berkurang kembali jenazah adiknya itu
dipikulnya ke bahunya. Dia berjalan tidak bertujuan. Setelah
penat, dia berhenti pula melepaskan lelah. Begitulah berulang
ulang sampai letih dan lesu, di bawah terik panas matahari.
Tiba tiba dia melihat dua ekor burung gagak berkejar kejaran.Kedua burung gagak itu sama menyiruk ke bawah, hinggap
ditanah. Keduanya berkelahi sehebat hebatnya, tikam menikam,
pukul memukul dengan paruhnya masing-masing. Salah satu di
antara kedua burung itu kena pukul yang keras sekali, sehingga
patah lehernya. Burung yang kena pukul itu bergeletar di tanah
menghempaskan diri. Tak lama kemudian burung itu mati.
Setelah mengetahui bahwa burung yang kena itu sudah mati,
lalu burung yang masih hidup menggali lubang di tanah dengan
menggunakan kaki dan paruhnya. Setelah lubang itu menjadi
besar dan dalam, gagak yang hidup menarik gagak yang mati
dengan paruhnya ke dalam lubang. Lubang itu lalu ditutupnya
kembali dengan tanah. Gagak yang masih hidup lalu terbang
meninggalkan tempat itu.
Melihat itu, Qabil takjub heran sekali dan berkata kepada dirinya
sendiri: "Rupanya aku ini jauh lebih bodoh dari gagak yang
hitam itu." Dia lalu meniru gagak itu. Lubang digali, lalu jenazah
adiknya dimasukkan dalam lubang itu, dikuburkan dan
ditimbunnya dengan tanah.
Setelah agak lama Habil dan Qabil tidak pulang, Adam dan Hawa
mulai khuatir dan cemas. Adam lalu berangkat mencari kedua
orang anaknya itu.
Alangkah terperanjatnya Adam melihat darah tertumpah di
tanah membasahi bumi. Dadanya bergoncang, hatinya berdebar,
Adam berteriak sekeras kerasnya kepada Qabil: "Qabil, apa yang
engkau lakukan terhadap saudaramu?"
Bergetar tubuh Qabil mendengar teriakan bapaknya yang
luarbiasa itu. Alam seluruhnya dirasakan turut bergetar dan
benteriak kepadanya: "Hai, Qabil ! Apa yang engkau lakukan
terhadap adikmu sendiri?"
Qabil terus lari dan lari, di celah gunung yang tinggi, melintasi
jurang jurang yang dalam. Dengan hati yang penuh ketakutan,
badan gemetar dan jiwa gelisah. Bukit, gunung, jurang, pohon
dan binatang apa saja yang ia jumpai, seakan akan turut
mengejar dari belakang dan benteriak teriak kepadanya:
"Pembunuh, pembunuh, pembunuh."
Qabil lari dan lari tenus, tak dapat merasa ketenangan dan
kesenangan buat selama lamanya. Dunia ini baginya sejak waktu
itu adalah tempat pelarian dan ketakutan, kerana dia sendiri
yang membuat dirinya diselubungi ketakutan, sehingga
menyangka musuh terhadap apa saja yang ia jumpai dan temui.
Begitu susahnya di dunia ini, belum lagi dia di akhirat nanti.... !
Adam dan Hawa kehilangan dua onang anak sekaligus. Seorang
meninggal dunia dan seorang lagi hilang tak tentu ke mana
penginya. Terhadap yang sudah meninggal, Adam dan Hawa
mendoakan kepada Allah: "Ya Allah, ampunilah dia; turunkanlah
rahmatMu kepadanya di Alam Banzakh, dan berilah ia tempat di
Syurga di Alam Akhinat nanti."
Terhadap anaknya yang hilang, Adam dan Hawa tak
benputusasa, mudah mudahan dia dapat kembali dengan
kesedaran dan keinsafan, dapat menginsafi segala kesalahan
dan dosa yang telah diperbuatnya, akhirnya dapatlah ia menjadi
manusia yang berguna hidupnya di dunia ini bagi ibubapa dan
adik adiknya. Terhadap anak anaknya yang lain, Adam
memperingatkan bahawa kita manusia hidup di permukaan bumi
ini bukan sendirian. Di samping kita manusia ada Setan dan Iblis
yang menjadi musuh kita sampai ke anak cucu dan keturunan
kita buat selama lamanya.
Adam dan Hawa menenangkan kepada anak anaknya pengalaman hidupnya berdua selama berada di dalam Syurga,
bagaimana hebat dan halusnya godaan Iblis. Sekalipun di kala
itu, karena sama sama berada di alam Syurga. Adam dan Hawa
dapat melihat Iblis dan dapat mendengar suaranya, Adam dan
Hawa masih dapat tergoda olehnya. Apalagi sekarang setelah
berada di alam bumi, dimana kita manusia tidak dapat lagi
melihat Iblis dan tak dapat mendengar suaranya, sedangkan
Iblis tetap dapat melihat kita manusia, maka godaan Iblis
dimuka bumi ini pasti jauh lebih hebat dan jauh lebih merbahaya
bagi kita manusia.
Iblis adalah musuh kita yang dapat melihat kita dan kita tidak
dapat melihatnya. Dengan begitu perjuangan kita terhadap Iblis
adalah perjuangan atau perkelahian yang tidak setaraf. Tidak
ubah saperti penkelahian dua orang manusia: yang pertama
dengan mata terbuka dan yang kedua dengan mata tertutup.
Dapatlah kita pastikan, orang yang dengan mata terbuka akan
selalu menang, dan orang yang dengan mata tertutup akan
selalu kalah.
Tetapi kita manusia jangan sedih. Tuhan Maha Pengasih dan
Maha Adil. Kepada kita manusia diberi Tuhan satu cara untuk
membutakan mata Iblis terhadap kita, iaitu bila kita mohon
perlindungan Allah dari godaan Iblis dengan membaca:
"A'uzubillahi minasy Syaitanir Rajim."
Dan kepada kita manusia diberi kekuatan yang dinamakan iman,
iaitu kepercayaan penuh terhadap Allah. Dengan keimanan yang
kukuh dan kuat, Iblis tidak sanggup menggoda manusia. Iblis
malah menjadi takut dan lari dari manusia yang beriman itu.
Iblis malah tidak berani mendekatinya.

No comments:

Post a Comment